Senin, 25 Mei 2009

Sejarah Kereta Api

Menyusuri Jejak Stasiun Pertama di Indonesia...


Kamis, 19 Maret 2009 | 22:05 WIB

KOMPAS.com — Menyusuri gang sempit di RT 2 RW 3, Kelurahan Kemijen, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang, Jawa Tengah, tidak ubahnya seperti menyusuri perumahan kumuh yang umumnya terdapat di kota-kota besar. Selain minim cahaya, lorong selebar satu meter itu dibentengi deretan tempat tinggal yang berhimpitan.

Begitu mengamati lebih cermat, terdapat ciri yang cukup unik terhias di rumah-rumah tersebut. Ornamen bangunan kuno berupa tiang penyangga yang disertai besi lengkung, ventilasi berbentuk lingkaran, dan pintu yang melengkung di bagian atasnya.

Berbagai ornamen bangunan tersebut merupakan peninggalan sejarah dari Stasiun Samarang NIS (Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij). NIS merupakan perusahaan kereta api (KA) konsesi Belanda di Indonesia.

Ramelan (81), warga RT 2 RW 3 Kemijen yang juga pensiunan pegawai PJKA (nama PT KA dulu) mengakui, bangunan bekas Stasiun Samarang NIS sudah ditinggali warga ketika masa pendudukan Jepang di Indonesia. Tak heran, kawasan RW 3 Kelurahan Kemijen ini juga dinamakan Kampung Spoorlan (jalan kereta api).

Menurut Ramelan, stasiun Samarang NIS ini dulunya digunakan untuk KA barang dan KA penumpang. Dia mengakui, bangunan stasiun tersebut mirip dengan bangunan gedung Lawang Sewu yang juga merupakan kantor NIS.

"Stasiun ini sudah tidak difungsikan sejak Jepang masuk ke Indonesia. Makanya kemudian ditinggali oleh para pensiunan pegawai KA," kata lelaki yang sudah tinggal di kawasan ini sejak masa penjajahan Jepang.

Masnohadi (72), mantan kondektur KA mengaku, bangunan yang ditinggalinya sejak 1953 ini telah banyak dirombak sehingga hanya menyisakan sedikit ciri fisik sebuah stasiun. "Dulu masih banyak lubang ventilasi di dalam rumah ini, tetapi saya rombak agar angin yang masuk tidak terlalu besar," katanya.

Walaupun berada di Kemijen, Stasiun Samarang NIS beda dengan Stasiun Kemidjen yang didirikan jauh setelah bangunan ini. Selain dua stasiun tersebut, terdapat Stasiun Semarang Gudang di Kemijen.

Anggota Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) Semarang, Tjahjono Rahardjo, mengatakan, didirikannya Stasiun Samarang NIS menandai dibukanya jalur Semarang-Tanggung (Grobogan) yang resmi dioperasikan pada 10 Agustus 1867. Jalur tersebut melintasi empat stasiun, yaitu Samarang NIS, Alastuwo, Brumbung, dan Tanggung. "Stasiun tersebut selesai dibangun menjelang pengoperasian jalur," kata Tjahjono.

Jalur Semarang-Tanggung merupakan jalur KA pertama di Indonesia yang dibangun NIS sebagai bagian awal dari jalur Semarang-Solo-Yogyakarta. Belanda membangun jalur tersebut agar bisa mengangkut hasil bumi, berupa kopi, tembakau, teh, dan gula menuju pelabuhan.

Berdasarkan foto-foto Indonesia koleksi Koninklijk Instituut voor Tal-Land-en Volkenkunde (KITLV), Tjahjono mengungkapkan, Stasiun Samarang NIS ini adalah stasiun pertama di Indonesia karena merupakan stasiun yang pertama kali dibangun oleh NIS, yang juga perusahaan KA pertama di Indonesia. Stasiun Samarang NIS ini pun lebih dulu berdiri dibanding Stasiun Tawang yang selesai dibangun tahun 1914.

Jalur Semarang-Tanggung juga mendahului jalur-jalur KA lainnya di Indonesia, seperti Jalur Semarang-Juwana, Semarang-Cirebon, dan Jakarta-Bogor. Semua jalur tersebut dibangun pada masa Gubernur Jenderal LAJW Baron Sloet Van Beele.

Tjahjono mengakui, bangunan Stasiun Samarang NIS memang sulit untuk dilacak. Kendati demikian, jejak bangunan tersebut masih terekam di peta Semarang tahun 1866. "Tidak banyak masyarakat yang mengetahui bangunan tersebut karena hilang dan terabaikan," katanya.

Sebagai sebuah bangunan cagar budaya, Stasiun Samarang NIS mungkin sudah tak berbentuk. Namun, sejarah dan kenangan terhadap stasiun tersebut tidak akan lenyap ditelan masa.


sumbernya di sini
__________________



Ajari aku mencintai Indonesia yang sebenarnya secara benar !!!
Reply With Quote
#3
Old 26th March 2009, 15:02
siMbah's Avatar
siMbah siMbah is offline
Super Moderator

Join Date: Nov 2007
Location: gunung sindoro
Posts: 7,715
siMbah is a legendsiMbah is a legendsiMbah is a legendsiMbah is a legendsiMbah is a legendsiMbah is a legendsiMbah is a legendsiMbah is a legendsiMbah is a legendsiMbah is a legendsiMbah is a legend
Default

Kemidjen Bukan Stasiun KA Pertama di Indonesia

Kamis, 19 Maret 2009 | 02:38 WIB

SEMARANG, KOMPAS.COM--Stasiun Kemidjen di Semarang yang selama ini diyakini sebagai stasiun kereta api (KA) pertama yang ada di Indonesia, akhirnya terbantahkan.

Peneliti dari Indonesian Railway Preservation Society (IPRS), Karyadi Baskoro di Semarang, Rabu, mengatakan, posisi Kota Semarang sebagai titik awal jalur KA memang sudah tidak terbantahkan.

Namun, posisi pasti stasiun KA pertama di Semarang masih memunculkan perbedaan pendapat.

"Sebagian masyarakat mengganggap stasiun KA pertama terletak di daerah Kemidjen (Stasiun Kemidjen)," kata Karyadi saat menjadi pembicara dalam diskusi "Jejak Sejarah Stasiun Kereta Api di Indonesia" di kampus Unika Soegijapranata Semarang.

Bahkan, kuatnya anggapan tersebut sampai ditunjukkan dengan dipasangnya papan nama Kemidjen di Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah (TMII), kata Karyadi.

Ia mengatakan, anggapan tersebut perlu diteliti lebih lanjut, apakah benar stasiun pertama bernama Stasiun Kemidjen. "Kemudian, terlepas benar atau tidaknya nama tersebut, benarkah letak stasiun tersebut di daerah Kemidjen," ujarnya bertanya.

Oleh karena itu, IPRS melakukan penelusuran terhadap publikasi perkeretaapian di Indonesia, peta-peta Indonesia, foto-foto Indonesia, melalui citra satelit, serta melakukan observasi ke lapangan.

Berdasarkan sumber rujukan yang mencantumkan publikasi dioperasikannya KA untuk pertama kali, ternyata tidak ada satu pun yang menyebutkan nama Kemidjen, kata Karyadi.

Ia menjelaskan, dalam publikasi tersebut menyebutkan trayek KA dari Samarang menuju Tangoeng, sementara stasiun atau halte KA di sepanjang trayek KA tersebut adalah Samarang, Allas-Toewa, Broemboeng, dan Tangoeng.

Istilah Samarang, lanjutnya, terkait dengan pengejaan nama kota oleh Belanda, sebab dalam semua dokumen sebelum tahun 1880-an, semua istilah Semarang disebutkan dengan Samarang.

"Sehingga, stasiun KA pertama di Semarang disebut Stasiun Samarang, dan terletak di daerah yang sekarang disebut dengan Tambaksari, bukan di daerah Kemidjen," katanya.

Daerah Kemidjen, kata Karyadi, juga belum dikenal saat dibangunnya Stasiun Samarang milik Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) tersebut, dan baru dikenal pada tahun 1909.

Ketua II Himpunan Ahli Perawatan Bangunan Indonesia (HAPBI) A. Kriswandono mengatakan, hasil temuan tersebut merupakan bentuk kepedulian IPRS terhadap sejarah perkeretaapian di Indonesia.

Mengenai kontroversi terkait hasil temuan tersebut, ia mengatakan, tidak masalah sepanjang penelitian tersebut dilakukan dengan cara yang tepat. "Biarlah nanti masyarakat yang menilai, sebab hasil temuan tersebut tentunya juga belum final," kata Kriswandono.

"Kami sangat menghargai usaha keras IPRS, serta mengharapkan agar hasil temuan tersebut segera ditindaklanjuti dengan langkah yang nyata," katanya.


sudah beda ma yang diatas, masih perlu kajian lagi nampaknya sejarah stasiun petama ini, sumbernya di di sini
__________________



Ajari aku mencintai Indonesia yang sebenarnya secara benar !!!
Reply With Quote
#4
Old 26th March 2009, 15:05
Dewi_Cupid's Avatar
Dewi_Cupid Dewi_Cupid is offline
Mania Member

Join Date: Nov 2008
Posts: 5,477
Dewi_Cupid is a legendDewi_Cupid is a legendDewi_Cupid is a legendDewi_Cupid is a legendDewi_Cupid is a legendDewi_Cupid is a legendDewi_Cupid is a legendDewi_Cupid is a legendDewi_Cupid is a legendDewi_Cupid is a legendDewi_Cupid is a legend
Default

Sejarah perkereta apian di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan kereta api di desa Kemijen, Jum'at tanggal 17 Juni 1864, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van
den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh "Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867.

Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen-Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong
minat investor untuk membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 - 1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 menjadi
110 km, tahun 1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 km.

Selain di Jawa, pembangunan rel KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), [[ ]] (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawesi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km
antara Makasar-Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang-Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, studi jalan KA Pontianak - Sambas (220 Km) sudah diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, juga pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA.

Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 km. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang lebih 901 km raib, yang diperkirakan karena dibongkar semasa
pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan KA disana.

Jenis jalan rel KA di Indonesia dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar semasa pendudukan Jepang (1942 - 1943)
sepanjang 473 km, sedangkan jalan KA yang dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah - Cikara dan 220 km antara Muaro - Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro -
Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan yang memperkerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya
ini, banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro - Pekanbaru.

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, karyawan KA yang tergabung dalam "Angkatan Moeda Kereta Api" (AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang.
Peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 28 September 1945, pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan
perkeretaapian berada ditangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak diperkenankan lagi campur tangan dengan urusan perkeretaapian di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945
sebagai Hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya "Djawatan Kereta Api Republik Indonesia" (DKARI).

Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) namanya diubah sejak tanggal 15 September 1971 menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Pada tanggal 2 Januari 1991, PJKA diubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api
(Perumka), dan sejak tanggal 1 Juni 1999 menjadi PT Kereta Api Indonesia (Persero )...

semoga bermanfaat
__________________
DF....Suka ga suka, nikmati ajah....

Last edited by Dewi_Cupid : 26th March 2009 at 15:08.
Reply With Quote
#5
Old 26th March 2009, 15:25
gud3l's Avatar
gud3l gud3l is online now
Mania Member

Join Date: Oct 2008
Posts: 2,580
gud3l is a star wannabegud3l is a star wannabegud3l is a star wannabe
Default

om WE SUPRATMAN nih yg demen ginian
__________________
Hiduplah untuk sebanyak mungkin memberi !
Reply With Quote
#6
Old 26th March 2009, 15:48
siMbah's Avatar
siMbah siMbah is offline
Super Moderator

Join Date: Nov 2007
Location: gunung sindoro
Posts: 7,715
siMbah is a legendsiMbah is a legendsiMbah is a legendsiMbah is a legendsiMbah is a legendsiMbah is a legendsiMbah is a legendsiMbah is a legendsiMbah is a legendsiMbah is a legendsiMbah is a legend
Default

dari sumber Sejarah Kereta Api Indonesia

Dapat dikatakan bahwa secara de-facto hadirnya kerata api di Indonesia ialah dengan dibangunnya jalan rel sepanjang 26 km pada lintas Kemijen-Tanggung yang dibangun oleh NV. Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Pembangunan jalan rel tersebut dimulai dengan penyangkulan pertama pembangunan badan jalan rel oleh Gubernur Jenderal Belanda Mr. L.A.J. Baron Sloet Van De Beele pada hari Jum’at tanggal 17 Juni 1864. Jalur kereta api lintas Kemijen-Tanggung mulai dibuka untuk umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867. Sedangkan landasan de-jure pembangunan jalan rel di jawa ialah disetujuinya undang-undang pembangunan jalan rel oleh pemerintah Hindia Belanda tanggal 6 April 1875.

Dengan telah adanya undang-undang pembangunan jalan rel yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda dan dengan berhasilnya operasi kereta api lintas Kemijen-Temanggung (yang kemudian pembangunannya diteruskan hingga ke Solo), pembangunan jalan rel dilakukan di beberapa tempat bahkan hingga di luar Jawa, yaitu di Sumatera dan Sulawesi.

Namun sejarah jalan rel di Indonesia mencatat adanya masa yang memprihatinkan yaitu pada masa pendudukan Jepang. Beberapa jalan rel di pulau Sumatera dan pulau Sulawesi serta sebagian lintas cabang di pulau Jawa dibongkar untuk diangkut dan dipasang di Burma (Myanmar). Bahkan pemindahan jalan rel ini juga disertai dengan dialihkannya sejumlah tenaga kereta api Indonesia ke Myanmar. Akibat tindakan Jepang tersebut ialah berkurangnya jaringan jalan rel di Indonesia. Data tahun 1999 memberikan informasi bahwa panjang jalan rel di Indonesia ialah 4615,918 km, terdiri atas Lintas Raya 4292,322 km dan Lintas Cabang 323,596.

Dalam masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia peran kereta api sangatlah besar. Sejarah mencatat peran kereta api dalam distribusi logistik untuk keperluan perjuangan dari Ciporoyom (Bandung) ke pedalaman Jawa Tengah, mobilisasi prajurit pejuang di wilayah Jogjakarta-Magelang-Ambarawa. Hijrahnya pemerintahan republik Indonesia dari Jakarta ke Jogjakarta tahun 1946 tidak lepas pula dari peran kereta api. Tanggal 3 Januari 1946 rombongan Presiden Soekarno berhasil meninggalkan Jakarta menggunakan kereta api, tiba di Jogjakarta tanggal 4 Januari 1946 pukul 09.00 disambut oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia mencatat pengambilalihan kekuasaan perkereta-apian dari pihak Jepang oleh Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) pada peristiwa bersejarah tanggal 28 September 1945. Pengelolaan kereta api di Indonesia telah ditangani oleh institusi yang dalam sejarahnya telah mengalami beberapa kali perubahan. Institusi pengelolaan dimulai dengan nasionalisasi seluruh perkereta-apian oleh Djawatan Kereta Api Indonesia (DKARI), yang kemudian namanya dipersingkat dengan Djawatan Kereta Api (DKA), hingga tahun 1950. Institusi tersebut berubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) pada tahun 1963 dengan PP. No. 22 tahun 1963, kemudian dengan PP. No. 61 tahun 1971 berubah menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Perubahan kembali terjadi pada tahun 1990 dengan PP. No. 57 tahun 1990 status perusahaan jawatan diubah menjadi perusahaan umum sehingga PJKA berubah menjadi Perusahaan Umum Kerata Api (Perumka). Perubahan besar terjadi pada tahun 1998, yaitu perubahan status dari Perusahaan Umum Kereta Api menjadi PT Kereta Api (persero), berdasarkan PP. No. 19 tahun 1998.

Perkembangan dalam dunia kereta api di Indonesia terus berlangsung, begitu pula dengan teknologinya. Tanggal 31 Juli 1995 diluncurkan KA Argo Bromo (dikenal juga sebagai KA JS 950) Jakarta-Surabaya dan KA Argo Gede (JB 250) Jakarta-Bandung. Peluncuran kedua kereta api tersebut mendandai apresiasi perkembangan teknologi kereta api di Indonesia dan sekaligus banyak dikenal sebagai embrio teknologi nasional. Saat ini selain kedua KA “Argo” tersebut di atas, telah beroperasi pula KA Argo Lawu, KA Argo Dwipangga, KA Argo Wilis, KA Argo Muria.

Kemampuan dalam teknologi perkereta-apian di Indonesia juga terus berkembang baik dalam prasarana jalan rel maupun sarana kereta apinya. Dalam rancang bangun, peningkatan dan perawatan kereta api, perkembangan kemampuan tersebut dapat dilihat di PT. Inka (Industri kereta Api) di Madiun, dan balai Yasa yang terdapat di beberapa daerah.

Sumber: Buku Jalan Rel (Suryo Hapsoro Tri Utomo)
__________

hampir sama dengan postingan dewi_cupid diatas
__________________



Ajari aku mencintai Indonesia yang sebenarnya secara benar !!!
Reply With Quote
#7
Old 26th March 2009, 17:28
kupu2belang's Avatar
kupu2belang kupu2belang is offline
Mania Member

Join Date: Mar 2009
Location: ning omah
Posts: 1,530
kupu2belang is a star wannabekupu2belang is a star wannabekupu2belang is a star wannabe
Default

ngomongin kereta api, sangat disayangkan, pemerintahan kita tidak mampu menjaga atau melestarikan, apalagi meningkatkan. dulu rel kereta sampai kemana-mana, sampe pelosok. tapi sekarang justru udah jadi pemukiman, sekolah, kantor, rumah bupati, markas tentara dll. malah sekarang kereta kita selalu anjlok, tabrakan, bannya kempes dll.
http://forum.detik.com/member.php?u=140546
Reply With Quote

Tidak ada komentar:

Posting Komentar