Kamis, 16 April 2009

PENJAJAHAN JEPANG DI PATI

BERDASARKAN HASIL WAWANCARA DENGAN MBAH PARTO WAGIMAN

Pada tahun 1942, Mbah Parto Wagiman berusia 16 tahun. Sebelum datang penjajah Jepang, Nusantara (Indonesia) dijajah oleh penjajah Belanda. Pada jaman dulu Mbah Parto belum dapat mengenyam pendidikan. Karena pada jaman dulu yang dapat mengenyam pendidikan hanya dari kalangan orang-orang ternama. Pada tahun 1942 Pasukan Jepang mendarat di Pantai Utara, Pulau Jawa. Tujuan Jepang datang ke Indonesia adalah untuk menguasai Indonesia dan menjadi pimpinan “Asia TIMUR Raya”. Dengan tujuan tersebut penjajah Jepang akhirnya merampas seluruh kekayaan rakyat Indonesia. Setiap rakyat memanen hasil pertaniannya, misalkan padi harus disetorkan kepada Jepang di koperasi (kimaai) milik pasukan Jepang. Jika ada yang ketahuan tidak menyetorkan maka orang (petani) tersebut akan dibunuh.
Mbah Wagiman bercerita pada saat Jepang datang ke Indonesia beliau berusia 16 Tahun. Jadi beliau diwajibkan ikut menjadi anggota pasukan Jepang yang disebut dengan Syaibodang yang dilatih untuk berperang. Pada saat itu beliau sempat tidak betah, karen setiap melakukan kesalahan beliau disiksa oleh pasukan Jepang dengan cara dipukul dengan menggunakan gagang senapan. Setiap hari beliau dijatah makan hanya sekali, dan hanya makan nasi sisa para penjajah Jepang. Beliau pun tidak diberi minum sehingga beliau tidak betah dan akhirnya kabur dari tempat itu. Tetapi beliau tidak berani pulang ke rumah. Karena jika beliau pulang ke rumah maka akan diseret oleh penjajah Jepang dan dipenjara. Dengan keadaan seperti itu kemudian beliau bersembunyi di daerah hutan yang sekaran menjadi Ds. Gajahmati. Suatu malam beliau menyelinap-menyelinap hingga sampai ke rumahnya. Namun, sayang sekali sampai di rumah beliau hanya menemukan jenasah dari ibunya, dan adik wanitanya yang sedang menangisi ibunya. Kemudian beliau bertanya pada adiknya, tentang keberadaan ayah dan adik laki-lakinya. Adik wanitanya itu bercerita bahwa kakak dan ayahnya telah dibawa para pasukan Jepang. Malam itu juga beliau langsung membawa adik wanitanya itu kembali ke tempat persembunyiannya di hutan itu. Setiap hari beliau makan iles-iles yaitu lompong yang diiris-iris.
Pakaian yang dikenakan pada jaman dahulu adalah pakaian yang terbuat dari kadut yaitu kain kadut dan kain ondol yang terbuat dari kapas yang dilinting-linting, karena di hutan banyak hewan buas. Beliau bersama adiknya kembali ke rumahnya. Dan beliau pun menjadi romusa. Sedangkan adiknya bersekolah. Selama menjadi Romusha nasibnya tak karuan. Beliau bersyukur sampai sekarang masih diberi umur panjang.


Nama : Feni Astuti
No : 14
Kelas : XI IPS 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar